SELAMAT DATANG DI BLOG PARPEM GMI WILAYAH I

Selasa, 15 Mei 2012


PANDUAN PRA dan PENYELENGGARAAN
TAHUN DIAKONIA GMI DALAM PERAYAAN ALDERSGATE 2012
           

I.           Pengantar
Buku panduan ini merupakan sumbangan pemikiran dan masukan para pelayan dan pemerhati gereja guna mendukung terselenggaranya pelayanan gereja GMI dalam berbagai aspek kehidupan, secara khusus pada tahun 2012 yang ditetapkan GMI sebagai Tahun Diakonia. Berbagai masukan telah diterima, misalnya melalui rapat -rapat bulan Nop 2011 yang lalu, selanjutnya melalui konsultasi para Kepala Bidang (Kabid) Diakonia wilayah Sumatera dan wilayah Jawa bulan Juli 2011. Sumbangan pemikiran yang telah dijadikan menjadi sebuah konsep panduan tersebut, telah disampaikan dalam rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS) bulan Augustus 2011. sebagai tindak lanjut, bahan tersebut kemudian disampaikan, baik dalam proposal Kepala Departemen Diakonia maupun dalam Rencana Induk Pengembangan Pelayanan (RIPP) 2011-2012, ke konta pada Juli 2012 yang akan datang.
Melalui konta tersebut dan sebagaimana yang diangkat dalam RIPP 2011-2012, dihimbau agar pelayanan, secara khusus dalam Tahun Diakonia GMI 2012 perlu memperhatikan 2 hal penting. Pertama, pelayanan kiranya dilakukan secara bersama dan sinergis dengan departemen Koinonia dan Marturia. Dengan demikian pendekatan pelayanan diharapkan semakin menyeluruh dengan memberdayakan jemaat sebagai basis. Kedua, kiranya pelayanan merujuk pada pencanangan perayaan Hari Aldersgate 2011 serta rencana penyempurnaan Aturan dan Peraturan (AP) 2012. Dengan demikian jelaslah bahwa program pelayanan pada Tahun Diakonia GMI 2012 adalah lanjutan sekaligus bagian integral dari program pelayanan Tahun Koinonia 2010 dan Tahun Marturia 2011. Seiring dengan memaknai dan menghidupi pelayanan Tahun Diakonia GMI 2011, selanjutnya bersama seluruh jemaat,  GMI akan memfokuskan perhatian pada pemaknaan perayaan Tahun Yobel dan Aldesgate tahun 2012.
Walaupun dalam rancangan program pelayanan Tahun Diakonia disebutkan mengenai perayaan Aldersgate, sebenarnya inti perayaan yang dimaksud adalah menghidupi kembali sikap hidup yang berpihak kepada masyarakat miskin, kaum terbelenggu, tertindas. Selain itu inti dari perayaan Aldersgate juga adalah hidup dalam relasi yang telah pulih kembali (harmonis kembali) antara manusia dengan Allah, dan relasi manusia dengan sesama ciptaan. Dengan demikian, Tahun Diakonia 2012 kiranya menjadi saat yang tepat untuk memahami makna teologi tahun Yobel sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab. Pemahaman teologi tahun Yobel atas dasar Imamat 25 mendorong bangsa Israel segera mengingat bagaimana Tuhan membebaskan umatNya dari berbagai pergumulan hidup, terutama dari sejarah pahit kehidupan bangsa Israel di Mesir. Sebagai umat yang menyadari karya keselamatan yang dikerjakan Allah dalam kehidupan mereka, makna mereka juga terpanggil untuk ikut dalam karya membebasan. Bangsa Israel diberkati supaya juga mampu menjadi berkat bagi orang lain. Mereka dibebaskan supaya membebaskan orang lain. Karena itu setiap merayakan Yobel, tahun kelima puluh, maka mereka wajib menyelenggarakan aksi pembebasan kepada orang miskin, yang tertindas, yang tidak memiliki hak kepemilikan atas tanah dan yang diperbudak. Selain itu, mereka memahami juga bahwa tanah adalah milik Tuhan, karena itu tanah pun harus dimerdekakan, dikembalikan kepada pemiliknya, bahkan dibebaskan dari berbagai bentuk eksploitasi. Itu sebabnya dalam tahun Yobel tanah dan lingkungan juga diharapkan turut berpesta pora merayakan kedatangan Tuhan yang membebaskan.
Melalui program pelayanan diakonia GMI yang didasarkan atas makna teologi tahun Yobel, kiranya kebebasan kaum tertindas, keadilan bagi kaum miskin dapat terwujud. Pewujudan keadilan, kebebasan dan keberpihakan pada kaum lemah, miskin, tertindas, itulah yang disebut sebagai karya Diakonia yang transformatif dari persekutuan orang percaya/persekutuan orang kudus (communio sanctorum). Basis untuk gerakan pelayanan diakonia tersebut adalah seluruh jemaat/orang-orang kudus. Jemaat diharapkan mampu mengembangkan gagasan atau ide dan kreasi dalam rangka mewujudkan Injil melalui pelayanan diakonia yang transformatif, secara khusus dalam merespon berbagai masalah sosial dan kemanusiaan.
Seluruh program pelayanan menyongsong Aldersgate kiranya menjadi pengalaman spiritual yang baru bagi GMI, tanpa harus melupakan pengalaman berharga yang dapat diperoleh dari refleksi atas pengalaman sejarah jubileum 50 tahun dan 100 tahun GMI sebelumnya. Hasil refleksi yang dimaksud adalah pengupayaan pelayanan berdampak sosial jangka pendek, jangka panjang maupun berkelanjutan. Pelayanan diakonia kiranya lebih nampak dalam bentuk konkrit atas tuntutan Injil, yaitu untuk membuat kehidupan masyarakat dan gereja menjadi berubah ke arah yang lebih baik. Misalnya, merespon masalah kemiskinan, kebodohan, kekerasan, korupsi, keterbelakangan, keterasingan, diskriminasi, masalah penyakit sosial, masalah tanah dan lingkungan hidup, masalah HIV AIDS, dsb. Dengan demikian setiap arah program pelayanan pada Tahun Diakonia 2012 benar-benar menghadirkan/menyatakan damai sejahtera (syalom) sebagaimana yang diberitakan dalam Jeremia 29:7, ucapan Yesus Kristus dalam Matius 25:40, Lukas 4:18-19; 6:36, Mrk. 1:15 dan 16.15.
Dengan menghidupi makna pelayanan diakonia berdasarkan Firman Tuhan, maka semua lapisan jemaat akan mampu pula melakukan karya pelayanan yang berpihak kepada mereka yang paling hina dina, paling miskin, paling tertindas, dan paling terbelakang. Karya pelayanan yang lain yang juga sangat penting adalah sikap yang berpihak pada penghargaan terhadap tanah dan lingkungan (ciptaan yang lain). Jadi, program pelayanan bukan hanya merupakan kegiatan yang bersifat hiburan, seremonial dan hura-hura, melainkan pelayanan yang sungguh-sungguh menciptakan keadilan dan pembebasan seluruh ciptaan.

II.       Kerangka Acuan Penyelenggaraan Tahun Diakonia 2012
2.1. Pemaknaan Tema, Sub-tema dan Motto Tahun Diakonia 2012
Tema Tahun Diakonia 2012:
usahakanlah kesejahteraan  kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu juga (Yeremia 29:7)”

Sub-Tema Tahun Diakonia 2012:
Melalui Tahun Diakonia 2012, GMI  melengkapi pelayanannya yang inklusif ditengah jemaat/masyarakat desa-kota dengan memperlengkapi orang-orang kudus
menjadi jemaat yang diakonis dan missioner.

Motto Tahun Diakonia 2012:
Sejahtera Desa,sejahtera kota
Sejahtera masyarakat Sejahtera Negara

Sejahtera Jemaat, sejahtera Gereja
Sejahtera Bangsaku, sejahtera gerejaku

Tema tahun diakonia GMI 2012 didasarkan pada pemaknaan pemberitaan nabi Yeremia 29:7. Sangat jelas bahwa bangsa Yehuda ditugaskan untuk mengusahakan kesejahteraan kota. Ketika itu situasi mereka berada dalam tekanan penjajahan bangsa Babel. Penjajahan itu menghantar bangsa Yehuda pada situasi tertekan, tidak bebas sama sekali tidak berhak melawan pemerintahan Babilonia. Namun dalam penindasan itu, suara kenabian diperdengungkan. Karya keselamatan Allah dapat dikerjakan Allah dan dirasakan umat dalam setiap kondisi kehidupan, bahkan dalam masa-masa sulit yang dihadapi umat. Dalam situasi tertindas dan tanpa kebebasan, umat malah diarahkan oleh nabi Allah untuk mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang, berdoa untuk kota itu kepada Tuhan supaya kesejahteraan memenuhi tempat itu. Basis untuk mengusahakan kesejahteraan itu adalah Umat Allah. Penekanan dalam tema itu adalah umat yang pro-aktif mengusahakan kesejahteraan (damai sejahtera) yang menyangkut seluruh aspek kehidupan,jasmani dan rohani. Dengan kata lain bahwa panggilan untuk mengusahakan kesejahteraan kota berpusat pada umat sebagai pelaku misi atau jemaat missioner. Dalam rangka mengusahakan kesejahteraan kota (damai sejahtera) semua umat juga diarahkan untuk tidak lupa berdoa. Dalam hal ini, berdoa untuk kesejahteraan kota merupakan aksi spiritual yang transformatif dari umat, sebab melalui doa harapan atas keadilan, perlindungan hukum, dan damai sejahtera, akan senantiasa disampaikan kepada Allah. Sekaligus dalam aksi berdoa, umat juga dituntun untuk melibatkan diri dalam tindakan  menegakkan keadilan, sikap berpihak pada orang miskin, orang yang diperlakukan tidak adil.
Melalui Tahun Diakonia 2012 ini, GMI Wil.I juga turut dipanggil Allah untuk menghadirkan damai sejahtera melalui jemaat yang missioner sehingga akan terjadi diakonia yang transformatif. Terlepas bagaimana kondisi kehidupan bangsa Indonesia dan dunia sekarang ini, kehadiran gereja GMI Wil.I sedang membawa misi Allah untuk mensejahterahkan dunia di mana ia hadir, baik di kota maupun di desa.
Tema tahun diakonia ini kemudian dijabarkan kembali melalui sub-tema tahun Diakonia. Penekanan kunci dalam sub-tema ini yaitu “melengkapi pelayanan yang inklusif dengan memperlengkapi jemaat untuk menjadi jemaat yang diakonis dan misioner”. Hal itu berarti bahwa perlu tindakan aktif berkarya, melengkapi semua pelayanan yang sudah ada, melalui pemberdayaan warga. Dengan demikian, karya pelayanan ini  berbasis pada jemaat yang missioner, artinya gereja memberdayakan warga jemaat untuk melakukan misi Diakonia (bnd. Ef. 4:12).
Jika mengacu pada makna pemberitaan dalam Efesus 4:12, sedikitnya ada dua penekanan pokok, yaitu:
1.       Disebutkan bahwa Tuhan memberikan para rasul, para nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Pelayan Gereja; Klerus) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Sesungguhnya yang dimaksud sebagai orang-orang kudus itu adalah seluruh jemaat itu sendiri. Jadi gereja atau jemaat adalah persekutuan orang-orang kudus (communio sanctorum). Namun karena pembagian tugas jabatan pelayanan yang berbeda, maka orang-orang Kudus itu disapa dalam dua macam sebutan. Kelompok pertama disebut sebagai kaum pelayanan gereja/kaum klerus, sedangkan kelompok kedua adalah kaum awam/jemaat biasa. Kedua pengelompokan ini tidak berbicara tentang kedudukan siapa yang lebih tinggi atau rendah, melainkan pada tugas pelayanannya. Penekanan pokok pada bagian pertama ini, bahwa tugas utama para pelayan gereja/klerus adalah  untuk memperlengkapi dan memberdayakan persekutuan orang-orang kudus (communio sanctorum) bagi pekerjaan pelayanan diakonia yang transformatif. Itu sebabnya pemimpin gereja, para pelayan tahbisan bukanlah soal kedudukan atau kekuasaan melainkan soal pelayanan yang berpihak kepada keadilan dan pembebasan kaum miskin, menjadi fasilitator untuk memberdayakan kompetensi yang ada pada Persekutuan orang kudus tersebut (communio sanctorum). Atas dasar ini, sesungguhnya kaum rohaniawan/klerus/pejabat gerejawi bukanlah kelompok yang harus berada pada barisan depan yang menentukan pergerakan pelayanan Diakonia yang transformatif (dalam hal ini  umat itu sendiri). Jemaat atau persekutuan orang-orang kudus itu sendirilah yang menjadi penggerak dari karya Diakonia yang transformatif. Sebab, bila klerus/pelayan gereja harus selalu berada di depan, maka jemaat sering terjebak pada kondisi yang bergantung pada keberadaan pelayan gereja (tidak mandiri).
2.      Tujuan pelaksanaan tugas pelayanan para pelayan gereja adalah memberdayakan atau memperlengkapi Persekutuan orang kudus tersebut (communio sanctorum) menjadi jemaat yang dapat melakukan karya diakonia yang transformatif. Jadi, jemaat adalah basis. Bila Jemaat adalah basis/subjek/pelaku misi pelayanan Diakonia, maka posisi para pelayanan gerejawi adalah benar-benar sebagai pelayan yang hadir memperlengkapi warga jemaat. Melalui metode ini, akan tercipta suatu model pelayanan yang disebut dengan pelayanan diakonia yang transformatif, dimana umat sebagai barisan terdepan mampu menyikapi berbagai keadaan yang terjadi. Persekutuan orang kudus dimandirikan melalui jiwa yang missioner, sehingga dengan demikian, mereka sendiri yang akan kembali membawa roh misi pelayanan Diakonia yang transformatif itu ke dalam pekerjaannya sehari hari. Dengan demikian, jemaat membawa misi diakonia dalam kehidupanya sehari-hari. Persekutuan orang kudus menjadi jemaat yang misioner.
Jiwa dari jemaat missioner ini sendiri sangat terasa dalam sikap hidup jemaat mula-mula (Kis. 2:41-47, dan Kis. 4: 32-37). Jemaat hidup dalam nuansa persekutuan/komunitas. Setiap jemaat, karena persekutuan di dalam Kristus, menjadi satu bagian, dan saling menunjukkan solidaritas. Dengan dasar ini, umat terdorong untuk memperlakukan satu sama lain sebagai saudara, walaupun sebelumnya latarbelakang mereka berbeda. Persekutuan ini sendiri menjadi persekutuan yang saling berbagi. Tidak ada seorangpun yang menganggap dirinya lebih kaya dari yang lainnya, sebaliknya setiap pribadi memberikan hak miliknya untuk mencukupkan orang-orang yang berkekurangan sehingga damai sejahtera dapat dirasakan semua jemaat. Komunitas umat percaya hidup dan berkembang di dalam jiwa persekutuan yang saling melayani. Jemaat hidup dengan bertekun dan sehati sepikir dalam Bait Allah. Persekutuan ini kemudian berkembang dan menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar mereka.
Gerakan diakonia di dalam jemaat dimulai oleh jemaat itu sendiri, dengan kesadaran bahwa mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komunitas. pelayanan diakonia berakar dalam ibadah persekutuan umat percaya. Pelayanan diakonia dirayakan dalam ibadah, secara khusus dalam ibadah/liturgi Perjamuan Kudus. Titik berangkat Diakonia adalah persekutuan yang melaksanakan liturgi. Awalnya perayaan ibadah/liturgi Perjamuan Kudus selalu ditandai dengan perjamuan kasih (perjamuan makan bersama) sebagai kesempatan untuk menikmati dan berbagi bersama makanan dan minuman yang mereka kumpulkan. Roti dan anggur yang dibagi-bagikan dalam Perjamuan Kudus adalah tubuh Tuhan Yesus Kristus sendiri yang dipecah-pecahkan dan darahNya yang dicurahkan untuk kehidupan banyak orang. Ketika menerima roti dan anggur yang adalah tubuh dan darah Tuhan, gereja dipersatukan dengan Tuhan yang berdiakonia atau melayani orang lain. Roti dan anggur perjamuan itu bukanlah simbol penyerahan, pengorbanan, pemberian dan pembagian diri bagi orang lain demi keselamatan. Selanjutnya dalam tradisi gereja mula-mula, di mana diadakan Perjamuan Kudus di sana tampak sikap saling berbagi kasih, misalnya dalam perjamuan makan bersama dan penyerahan persembahan di kaki para rasul untuk mencukupkan orang yang berkekurangan (lih. Kis. 2:44-45, 4:32-35). Dengan demikian jelaslah bahwa diakonia adalah bagian dari ibadah/liturgi gereja.
Undangan pada perjamuan kasih merupakan undangan persaudaraan dimana baik orang yang kaya maupun yang mampu membawa makanan, mengumpulkannya dan membagi bersama. Dengan demikian semua orang boleh hidup berkecukupan (bng. 2 Kor. 8:15). Orang miskin mendapat kasih melalui perjamuan itu, sebab pemberian roti bukan hanya karena  alasan pemenuhan kebutuhan fisik, melainkan karena penerimaan, keterbukaan, pengakuan, dan rasa hormat dari jemaat itu sendiri. Tindakan jemaat yang mampu menembus lapisan struktur-ekonomi dan sosial, itulah ciri jemaat missioner, jemaat yang melaksanakan diakonia yang transformatif.
Jemaat yang missioner bergerak ke arah missi Allah di dalam Kristus yaitu pembebasan dunia yang sedang menderita dengan memberikan damai sejahteraNya (bnd. Luk. 4:18-19). Pelayanan gereja bukanlah soal ritus ibadah semata sebab damai sejahtera bukan hanya menyangkut kehidupan spiritualitas. Pelayanan gereja adalah juga kesaksian akan komunitas yang hidup, yaitu ketika warga jemaat menjadi pelaku-pelaku misi yang membawa pelayanan diakonia ke arah yang transformatif, yang mampu merobohkan kecongkakan-kecongkakan masyarakat, dan membebaskan belenggu-belenggu penindasan atas orang-orang miskin. Berdiakonia berarti mengijinkan orang-orang miskin, kecil dan lemah itu menjadi bagian dari kehidupan bersama kita. Sebab itu diakonia pertama-tama adalah rasa hormat, pengakuan kepada kemanusiaan orang-orang yang kecil dan lemah. Dengan demikian Damai Sejahtera Allah dirasakan dalam diakonia transformatif bukan hanya melalui kegiatan-kegiatan charitatif (atas dasar kasihan, pemberian kebutuhan fisik).
Dengan demikian, diakonia yang transformatif melihat Allah sebagai pembebas yang berpihak pada orang-orang miskin dan tertindas. Itu sebabnya ketika jemaat Kristen mula-mula ditekan oleh pemerintah yang berkuasa, mereka tetap hidup dalam persaudaraan yang penuh kasih. Mereka beribadah kepada Allah sang pembebas dan lewat doa, mereka menjadi berani untuk lebih taat kepada Allah daripada taat kepada manusia. Doa-doa ini berdampak pada diakonia yang transformatif manakala tekanan tidak dianggap sebagai hambatan untuk membangun komunitas persaudaraan yang sehati dan sepikir. Jemaat yang berdoa bersama menunjukkan komitmen dan solidaritas untuk mengakhiri penindasan, sehingga mereka keluar dari struktur masyarakat ketika itu yang sarat dengan diskriminasi antara orang kaya dengan orang miskin, tuan dengan hamba.
Jiwa jemaat missioner ini kiranya juga dapat tetap hidup dalam seluruh dinamika pelayanan GMI. Hal yang mungkin dilakukan untuk itu adalah melalui upaya memperlengkapi warga gerejanya melalui keterlibatan para pelayan. GMI kiranya mampu merefleksikan pelayanannya dalam aksi yang berdampak pada transformasi sosial baik yang dapat dicapai dalam jangka pendek, jangka panjang maupun berkelanjutan yang mengarahkan hidup ke arah yang lebih baik. Contoh konkrit misalnya dengan merespon masalah kemiskinan, kebodohan, kekerasan, korupsi, keterbelakangan, keterasingan, diskriminasi, penyakit sosial, masalah tanah dan lingkungan hidup, masalah HIV AIDS. Dengan demikian setiap arah program pelayanan pada tahun Diakonia 2012 benar-benar dalam rangka mendoakan dan mengusahakan damai sejahtera (syalom) sebagaimana yang diberitakan dalam Jeremia 29:7, ucapan Yesus Kristus dalam Matius 25:40, Lukas 4:18-19, Lk 6:36, Markus 1:15 dan 16.15.
Dengan menghidupi makna pelayanan diakonia berdasarkan Firman Tuhan, maka warga jemaat akan mampu melakukan karya pelayanan yang berpihak kepada orang miskin, yang tertindas, dan terbelakang. Karya pelayanan yang lain yang juga sangat penting adalah sikap yang berpihak pada penghargaan terhadap tanah dan lingkungan (ciptaan yang lain). Dengan demikian, pelayanan bukanlah kegiatan yang bersifat hiburan, seremonial dan hura-hura, melainkan pelayanan yang sungguh-sungguh menciptakan keadilan dan pembebasan seluruh ciptaan.
GMI dalam karya pelayanannya sebenarnya memiliki potensi untuk membangun pelayanan diakonia-transformatif. Potensi yang ada tersebut dapat diberdayakan sambil berefleksi dari keberhasilan pelayanan para Misioner, misalnya John Wesley, yang menekankan pola pelayanan “Cari sebayak-bayaknya, simpan....”. Ada beberapa hal yang ia kembangkan dalam rangka mensejahterahkan masyarakat melalui sistem pelayanan ini, yaitu pendidikan, kesehatan, pertanian, dan sistem ekonomi yang terintegrasi dalam persekutuan di kompleks gereja.
Keempat hal di atas kemudian dituangkan dalam Aturan dan Peraturan GMI Tahun 2012, dimana melalui Depertemen Diakonia diberikan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan pengembangan 5 (lima) bidang pelayanan penting, yaitu: pendidikan, kesehatan, diakoni sosial, pengembangan masyarakat dan penanganan masalah-masalah sosial. GMI kiranya mampu terus mengembangkan pelayanannya walaupun di beberapa bidang pelayanan sudah mulai terlihat bentuk-bentuknya. Betuk pelayanan yang dapat dikerjakan misalnya: a) Di bidang pendidikan, terbentuknya Badan Penyelenggara Pendidikan GMI (BPP YP GMI) yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan seluruh pendidikan di GMI dalam satu sistem yang berorientasi mutu. b) Di bidang pengembangan masyarakat, telah dilakukan upaya merespon kemiskinan petani dengan berbagai pendekatan yang berpihak pada petani, model pertanian yang ramah lingkungan dan berorientasi ekonomi masyarakat yaitu mengembangkan konsep pertanian organik (motto: “sinur napinahan gabe na niula”); membentuk Credit Union (CU) dan CUM/Komunitas Kredit Masyarakat (KKM). c) Di bidang Diakonia Sosial, selain menjalankan pelayanan rumah layak huni , secara khusus bagi orang cacat, sekarang telah dikembangkan model pelayanan pemberdayaan rawatan di luar panti melalui program Community Based Rehabilitation (CBR) dan pelayanan kepada masyarakat jompo. d) Di bidang Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan, (KPKC/JPIC: Justice, Peace and Integrity of Creation) telah ada upaya kampanye atau seruan mengenai pelayanan pemeliharaan lingkungan dan respon dampak kerusakan lingkungan. e) Di bidang kesehatan sudah ada upaya memperbaiki kondisi Rumah Sakit GMI Susana Wesley, juga menggagasi adanya ansuransi kesehatan bagi para pelayan dan penanggulangan masalah HIV AIDS melalui pelayanan Komite HIV AIDS GMI.
 Apa yang telah dipikirkan oleh GMI Wil.I  melalui tema Tahun Diakonia ini kembali ditujukan untuk mengusahakan kesejahteraan hidup yang holistik (menyeluruh) baik di kota, desa, maupun di semua tempat dimana GMI ada. GMI Wil.I diharapkan mampu memberdayakan dan memperlengkapi jemaat menjadi jemaat yang diakonis dan misioner sebagai bagian dari usaha mensejahterakan kehidupan jemaat lokal yang kemudian akan berdampak pada kesejahteraan global. Semua manusia, semua makhluk akan merasakan syalom itu sendiri, sehingga diakonia benar-benar transformatif. Itu sebabnya Gereja bersama dengan persekutuan oikumenis di seluruh dunia turut ambil bagian dalam penyelesaian masalah global (dunia secara menyeluruh), misalnya melalui aksi sosial yang berpihak pada pelestarian alam semesta, pembebasan masyarakat dari kekerasan dan kemiskinan struktural.
Diakonia transformatif membuka kesadaran jemaat untuk keluar dari struktur yang selama ini menindas. Dengan demikian pelayanan mimbar akan menjadi semakin kontekstual melalui pelayanan meja yaitu ketika komunitas memecah-mecah roti bersama-sama, membawakan persembahan semampunya untuk dibagikan dalam komunitas. Jemaat missioner adalah jemaat yang bersekutu bersama Firman Allah, berdoa bersama, berbagi bersama dan inilah kesaksian yang berdampak pada diakonia transformatif. Jemaat menjadi “diaken-diaken” yang menghadirkan kesejahteraan yang holistik bagi orang-orang kudus, umat Allah.

2.2. Catatan Penting Pemaknaan Tema, Sub Tema dan Motto Tahun Diakonia  
terhadap Penyelenggaraan Program Pelayanan Tahun Diakonia
Tema dan Sub Tema beserta dengan Motto Tahun Diakonia GMI  2012 sebagaimana yang telah dijelaskan di atas kiranya dapat menjadi dasar pengikat seluruh program kegiatan dan pelayan yang akan dilaksanakan. Atas dasar pemahaman tersebut maka ada beberapa catatan penting dalam kerangka acuan pelaksanaan program yaitu:
1.       Damai sejahtera Allah kiranya hadir dalam setiap lapisan masyarakat. Atas dasar ini, pelayanan Diakonia yang transformatif untuk mengusahakan kesejahteraan bagi setiap lapisan, kiranya dapat dilaksanakan oleh lima aras/tingkat pelayanan:
o  Tingkat Nasional
o  Tingkat Wilayah
o  Tingkat Distrik
o  Tingkat Resort
o  Tingkat Jemaat
Oleh karena itu, kelima aras ini diharapkan dapat proaktif mewujudkan sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini, distrik secara khusus diharapkan dapat mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dan berusaha memotivasi jemaat, mendukung dan mengawasi pelaksanaan program pelayanan.
2.      Dalam buku panduan ini kiranya terlihat peran dan keterpaduan pelayanan masing-masing departemen baik dalam tahapan persiapan, pembagian tugas serta kepanitiaan dan anggaran, terutama dalam pelaksanaan program.
3.      Kiranya program pelayanan yang ditargetkan dapat dipelajari masing-masing jemaat lokal, resort, distrik wilayah dan Nasional. Selanjutnya diharapkan dapat menentukan target pelayanan mana yang paling cocok dapat dilaksanakan. Artinya setiap jemaat, resort dan distrik diharapkan dapat proaktif mewujudkan sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini, distrik secara khusus diharapkan dapat mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dan berusaha memotivasi jemaat, mendukung dan mengawasi pelaksanaan program pelayanan.
4.      Untuk memantapkan kegiatan pencanangan di lima aras/tingkat pelayanan, kiranya pimpinan dan tim dari pusat akan datang melakukan penjemaatan dan pencanangan. Kemudian, agar program pelayanan Tahun Diakonia dapat berjalan lebih baik, maka distrik perlu membentuk panitia khusus. Panitia khusus lainnya yang sangat perlu dibentuk adalah panitia dalam aras Nasional.


2.3. Tujuan dan Sasaran
2.3.1. Tujuan
Pelaksanaan Program Pelayanan di Tahun Diakonia GMI 2012 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mutu kehidupan serta ketaatan seluruh jemaat sebagai persekutuan orang percaya (communio sanctorum) untuk berDiakonia demi kemuliaan Allah, keadilan dan kesejahteraan seluruh ciptaan.
1.       Warga jemaat GMI dapat memahami tugas panggilan gereja bahwa diakonia adalah bagian integral pelayanan Koinonia, dan Marturia.
2.      Warga jemaat GMI dapat menjadi pelaku/subjek pelayan diakoni, sehingga warga jemaat menjadi jemaat yang berbelas kasih, berkemampuan mengatasi kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan penindasan.
3.      Para tokoh dan pemerhati pelayanan diakonia GMI dapat menjadi mitra yang memberdayakan pelayanan diakonia di semua aras, terlebih mendukung unit pelayanan diakonia di aras distrik, dan pusat.
4.      Para pelayan GMI mampu menjadi subjek/pelaku pelayanan diakonia di semua aras.
5.      Terbentuk berbagai lembaga dan berdiri berbagai gedong bangunan pelayanan diakonia untuk menopang pelayanan diakonia yang strategis, konprehensif, koordinatif dan berkelanjutan.

2.3.2. Sasaran
Pelaksanaan Program Pelayanan di Tahun Diakonia GMI 2012 memiliki beberapa sasaran yang akan dicapai, antara lain:
1. Terbentuk sedikitnya 300 (tiga ratus) Komisi Beasiswa, 100 Taman Kanak-kanak atau Play Group, 200 (dua ratus) KKM (Komunitas Kredit Masyarakat) dan 300 Poliklinik di seluruh GMI.
2. Penanaman 1 (satu) juta pohon di seluruh wilayah pelayanan GMI dan penyelenggaraan ibadah/ liturgi penanaman pohon, sekali dalam setahun di seluruh GMI.
3. Adanya dukungan pembangunan perpustakaan di lima badan pendidikan teologi GMI (Pusat Pendidikan Diakone, Sekolah Tinggi Teologi, Sekolah SD, Sekolah SMP, dan Sekolah Pendeta/Kursus Kependetaan)
4. Menggerakkan 50 jemaat atau kelompok pemerhati solidaritas dan subsidiaritas antara hjemaat  kota untuk membantu pelayanan di wilayah kategori penduduk/jemaat miskin.
5. Pensosialiasasian gagasan pembentukan pelayanan baru di setiap distrik di GMI, komite HIV/AIDS, pusat penanganan bagi korban kekerasan, lembaga pemberdayaan baik terhadap petani, mahasiswa, nelayan dan buruh sesuai kebutuhan sekarang dan ke depan.
6. Berdirinya persekutuan warga jemaat secara nasional yang memikirkan pelayanan diakonia berkelanjutan, menyongsong Perayaan Aldersgate, yang berkekuatan untuk merespon berbagai masalah kemiskinan, kekerasan, keterbelakangan dan masalah lingkungan serta merespon masalah demokrasi dan globalisasi.
7.  Terbentuknya lembaga Fonds untuk penanggulangan masalah Bencana Alam di aras distrik dan secara nasional di Kantor  Parpem dan Diakonia GMI Wil. I

2.4. Rancangan Program Tahun Diakonia GMI Tahun  2012
Berikut ini adalah rancangan program yang akan dilaksanakan selama perayaan Tahun Diakonia GMI Tahun 2012, dan perayaa Hari Aldersgate  yaitu:
A.  Kegiatan Awal dan Akhir
Kegiatan Awal, ditandai dengan Perayaan Paskah. Paskah menjadi moment atau kesempatan penting untuk semakin bersungguh-sungguh melakukan pelayanan terhadap kaum papa, yang miskin, tertindas dan terbelenggu. Sebagai bukti konkret menghidupi makna paskah, maka karya sosial yang mungkin dilakukan secara bersama di seluruh gereja GMI adalah melalui pengumpulan Bakti Paskah. Dengan demikian bakti Paskah menjadi tanda Diakonal yang sangat penting dalam perayaan Paskah. Untuk acara ini Pimpinan Pusat dan Ds-Ds  GMI Wil.I diharapkan bertindak sebagai pemimpin ibadah Perjamuan Kudus dan ibadah Pastoral sekaligus untuk memaklumkan tahun Rahmat Tuhan yang membebaskan, himbauan untuk semua usaha GMI yang berorientasi mengurangi kemiskinan dengan kegiatan CU, KKM, pemulihan  dsb.
Kegiatan Akhir, Perayaan Natal. Tahun Diakoni akan diakhiri dengan perayaan Natal. Suka cita perayaan kelahiran Tuhan Yesus akan kembali ditandai dengan pengumpulan bagian dari puasa yang dilakukan selama 4 Minggu dan mempersembahkannya sebagai bakti Natal.

  1. Penjemaatan Diakonia
Kegiatan ini dilakukan oleh tim yang disiapkan dan diutus oleh Departemen Diakoni dengan tugas memberdayakan unsur atau komponen yang ada di distrik dan Nasional agar mampu menjemaatkan atau mensosialisasikan gagasan Tahun Diakonia GMI 2012 ke jemaat-jemaat. Mengingat berbagai tuntutan kebutuhan yang mungkin berbeda di wilayah pedesaan dengan di wilayah transisi dan kota, metropolitan, maka substansi perayaan Tahun Diakonia mungkin dilaksanakan dalam bentuk yang berbeda pula. Untuk wilayah pedesaan pelayanan akan difokuskan pada pemaknaan diakonia kepada kaum petani. Selain itu agar semua jemaat dan resort mengagas penghargaan serta memfungsikan lahan pendidikan untuk kegiatan penitipan anak, TK, pengadaan program pengobatan, perpustakaan, pelatihan pertanian terpadu, gerakan ekonomi kerakyatan, dsb. Untuk wilayah transisi, seperti distrik Sumatera Timur, Asahan Labuhan Batu, Labuhan Batu, Riau dan Kep. Riau, Jambi, Sumbagsel, pelayanan difokuskan pada pemaknaan diakonia terhadap buruh industri dan perkebunan, pengusaha kecil menengah, nelayan dan ekonomi kerakyatan, perpustakaan, pengadaan sarana pusat retreat di aras Distrik, pengadaan beasiswa dan pusat latihan belajar dan computer, dsb. Untuk wilayah perkotaan, agar pelayanan Diakonia difokuskan mendirikan pelayanan beasiswa, komputer, perpustakaan ,pengadaan sarana pusat retreat, pengumpulan dana solidaritas dan subsidiaritas pemberdayaan ekonomi jemaat pedesaan dan masyarakat miskin kota.

C.  Program Pelayanan Tahun Diakonia GMI 2012 dalam lima aras pelayanan:
Program Tingkat Nasional:
1. Perayaan Aldersgate Tahun  tahun Berdiakoni
·          Napak Tilas  untuk Pemuda dan Mahasiswa Di Pardembanan Dan Inggris
·          Pencangan Penanaman Pohon (175.000 pohon) didahului Ibadah Penanaman Pohon.
·          Kampanye Pemuda dalam rangka ‘4R’ (Reduce, Reuse, Repalce, Recycle)
            2. Pertemuan Raya ‘orang-orang kudus’ (communion sanctorum,) yaitu Warga Jemaat
3. Cross country (untuk pemuda dan mahasiswa)
4. Perayaan Guru-Guru Sekolah Minggu
5. Konferensi Guru-guru Sekolah GMI
6. Penggalangan Dana untuk membantu Perpustakaan di Lembaga Persamaian GMI
7. Penataan Asrama Putri  dan Putra di  Bandar Baru (STT GMI)
8. Pengembangan STT GMI B.Baru sebagai Pusat Pelayanan Terpadu antar   
     Departemen.
9. Pembentukan Lembaga Asuransi Pelayan
10. Pelayanan pada mahasiswa

Program Tingkat Wilayah:  
1. Konsultsi Diakonia Yang Holistik (dalam rangka PWG)
2. Pelatihan/Pemberdayaan Pelayaan di bidang Pertanian, Peternakan dan Paska Panen
3. Pemberdayaan  Koperasi/CU dan Pusat Latihan.
4. Penggalangan Dana untuk membantu Perpustakaan di STT GMI 
Program Tingkat Distrik:
1.       Kebaktian Raya Paskah;
2.      Kebaktian Raya Natal
3.      Lokakarya  Diakonia untuk Dewan Diakonia
4.      Penerbitan dan penjemaatan beberapa buku PA sesuai kebutuhan jemaat untuk menjadi buku pegangan ibadah, sekaligus untuk memotivasi warga GMI memahami makna Tahun Diakonia 2012.
5.      Program Kesehatan (konsultasi dan penanganan masalah) HIV/AIDS,Pengobatan Gratis/Donor Darah
6.      Pembentukan Kredit Komunitas Masyarakat (KKM)
7.      Sayembara cipta logo Tahun Diakonia.
8.      Pembentukan Unit Tanggap Bencana

Program Tingkat Ressort
1.       Pembentukan Credit Union (CU)
2.      Pembentukan Kelompok-kelompok Tani
3.      Pembentukan Komisi Beasiswa
4.      Program Kesehatan/Poliklinik
5.      Perayaan Perjamuan Kudus (Pada Hari Raya Pentakosta)

Program Tingkat Jemaat
1.       Pendirian Taman Kanak-kanak
2.      Pengadaan Perpustakaan ‘Mini’.
3.      Aksi Diakonia Anak-anak dalam Masa Passion
4.      Aksi Diakonia Anak-anak dalam Masa Advent
5.      Kebaktian Harian untuk Keluarga dalam Masa Passion
6.      Kebaktian Harian untuk Keluarga dalam Masa Adventø
7.      Penelaahan Alkitab

2.5. Pengorganisasian
1.       Penyelenggaraan Tahun Diakonia 2012 akan dilakukan secara menyeluruh dan sinergi bekerjasama dengan departemen Koinonia dan Marturia. Dengan demikian, akan menjadi semakin jelas peran Departemen Koinonia memotivasi jemaat untuk berMarturia dan berDiakonia. Selanjutnya Departemen Marturia tetap menggalakkan semangat kesasksiaannya dengan berDiakonia. Demikian sebaliknya, Diakonia dapat memahami akar pelayanannya bersumber dari pelayanan ibadah dan pelayanan meja. Serta bersama dengan departemen Marturia menyaksikan dengan perbuatan nyata tuntutan Injil yang utuh bagi semua dan seluruh mahluk.

2.      Baik Departemen Diakonia maupun Koinonia, secara bersama dan bergandengan tangan berupaya memotivasi kategorial dan sektoral di tengah jemaat untuk memahami teologi Diakonia yang berKoinonia. Secara bersama akan melakukan napak tilas terhadap pemuda dan mahasiwa dan sekaligus melakukan penanaman pohon. Diakonia akan lebih pada posisi menyiapkan pemberdayaan teknis pembibitan di beberapa Distrik atau resort. Secara bersama juga akan menjajaki upaya memfungsikan pusat perkampungan pemuda di Jetun dan pusat pendidikan di Seminarum Sipholon.

3.      Baik Departemen Diakonia maupun Marturia, secara bersama dan bergandengan tangan menyusun liturgi Perjamuan Kudus. Melakukan kegiatan studi pelayanan terhadap mahasiswa, buruh dan petani. Bersama dengan Marturia mendirikan unit pelayanan radio di beberapa Distrik yang memungkinkan dan bekerjasama melakukan pelayanan khusus di Pulau Rupat.

4.      Kegiatan Tahun Diakonia 2012 diharapkan lebih bersifat aksi daripada seremoni. Oleh Karena kiranya kegiatan Tahun Diakonia di jemaat-jemaat langsung dikoordinir oleh Dewan Diakonia dan dimasukkan ke dalam program dan anggaran jemaat. Di tingkat Distrik, kegiatan Tahun Diakonia agar langsung dikoordinir dibawah Kepala Bidang Diakonia. Bila di Distrik yang bersangkutan belum ada Kepala Bidang Diakonia maka kegiatan langsung dipimpin oleh Praeses.

5.      Selain dari yang sudah dituliskan di atas (membentuk koperasi, komisi beasiswa, dan poliklinik serta menanam pohon),maka masing-masing jemaat dapat mengembangkan kegiatan Diakonia lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Namun tetap diingatkan agar kegiatan tidak bersifat seremonial dan konsumtif.

6.      Seluruh kegiatan Diakonia tetap merupakan bagian dari ibadah. Sebab itu disarankan agar jemaat-jemaat mengadakan kegiatan tahun Diakonia dalam ibadah dan diperkuat dengan rangkaian studi Pendalaman Alkitab (PA) tentang Diakonia. PA dapat menggunakan bahan-bahan yang disediakan Panitia Tahun Diakonia maupun dipersiapkan oleh para pendeta setempat.

7.       Dalam melaksanakan dan mensukseskan kegiatan pelayanan Tahun Diakonia GMI 2012, maka sangat diharapkan partisipasi dan sikap pro aktif dari seluruh lapisan jemaat, termasuk dalam hal kerapihan administrasi dan keuangan pelaksanaan kegiatan.

Jumat, 30 Maret 2012

Program Parpem Thn 2011/2014


 1.   PERTANIAN DAN LADANG
A. AEK BATU :
n  Kebun Parpem di Aek Batu adalah tanaman Kelapa Sawit seluas 7,5Ha sejumlah 816 pokok; terdiri dari: Tahun tanam 1989 = 869 pokok; dan Tahun tanam 1980 = 136 pokok. Tanaman thn 1980 telah disisip pada thn.2008 dengan sistem chemistri, yaitu : gawangan dita-nami bibit baru(142 pk), sementara tanaman tua akan disuntik. Perawatan Terjadwal.
n  Sisa hasil usaha kebun ini didistribusikan dengan : 30% ke Biro Pensiun dan 70% ke Badan Penatalayanan/ Keuangan Wilayah I.

B. BANDAR MARUHUR:
n  Replanting Kebun Cacao (Coklat) menjadi kebun kelapa sawit seluas 4 Ha, tahun 2008 telah dilaksanakan (420 pk). Perawatan Terjadwal.  Sawit Tahun 1980 sebayak 918 pk, perlu perawatan yg serius.
n  Kebun sawit Batu 10, seluas 15 Ha (thn tanam 1995/1996 = 323 pokok dan thn.1997/1998=1067 pokok), sementara ini dilakukan perawatan yg serius dan akan lebih dirawat lagi agar menghasilkan. Sehingga di butuhkan dana yang sangat  besar. Lih.anggara Batu 10.
C. SIDIKALANG:
Lahan Parpem/Diakoni sosial di Sidikalang seluas 8 Ha, kini 6ha sedang ditanami jahe,jagung dan ubi jalar jepang oleh Bp.Ir.S.Purba Dan tidak ada MoU.  Kopi (1/2 ha) tidak terawat dan telah berbuah.Pengurusan surat tanah.
n   Kita akan tanam ubi jalar 2 Ha bulan Oktober 2011 ini.

D. Bandar Baru
n  Kebun berisi 1400 pokok,telah dilakukan pemangkasan dan pemberisihan lahan. Akan melakukan pemupukan. Sesuai jadwal.
n  Kebun ini telah menghasilkan 5 – 10 kg/bln. Hasil untuk membiayai petugas dilapangan.
2.  KERJA SAMA PARPEM DAN UMI:
    PEMBERDAYAAN EKONOMI DAN KESEHATAN WARGA :
n  Pada tahun 2011, akan diadakan penyuluhan pertanian di Distrik 2x Wil.I. Ke-giatan ini akan dilaksanakan minimal 6 x 1 tahun di setiap Distrik, bekerjasama dengan Panitia Papem/Sosial Distrik. Kegiatan berupa penyuluhan ekonomi (kewirausahaan tani, kerajinan dan niaga) dan penyuluhan ttg HIV AIDS, pelayanan kesehatan warga.
n  Pengobatan gratis
3. PEMBELIAN KEBUN:
         Mengenai rencana penggunaan dana hasil penjualan lahan Gunung Meriah, akan dibicarakan dengan pihak UMI. Sesuai arahan Bishop, dana ini akan dibelikan lahan sawit yang produktif agar mendapat dana Parpem.
         Lahan sudah ditinjau, supaya dana dicairkan guna
Pembelian lahan.

4. Pelayanan Bagi   
    Masyarakat
n  Pembuatan sumur Bor 3 bh x 1 thn. Sesuai proposal.
n  Pembangunan Rumah layak Huni 2 bh/thn.
n  Pemberian bantuan korban gempa, banjir, kebakran dll. (bencana alam)

5. Koperasi Distrik 2 x
n  Membuat surat Penagihan ke Koperasi yang ada di Distrik 2 x
n  Pembayaran hutang Kebun B.Maruhur ke toke sawit Rp.21.634.000,-
n  Pengurusan surat-surat lahan Parpem diselesaikan melalui Team Kantor Pusat GMI Wil.I
n  Persembahan Parpem Oktober 2011

5. PERSEMBAHAN UNTUK  2010 PARPEM/DIAKONI SOSIAL:
1.  Distrik I Wilayah I                                   Rp.   938.000,--
2.  Distrik 2 Wilayah I                                   Rp. 1.538.000,--
3.  Distrik 3 Wilayah I                                   Rp.     -----,--
4.  Distrik 4 Wilayah I                                   Rp.  2.409.000,--
5.  Distrik 5 Wilayah I                                   Rp.  2.438.000,--
6.  Distrik 6 Wilayah I                                   Rp.  2.985.000,--
7.  Distrik 7 Wilayah I                                   Rp.  ------------,--
8.  Distrik 8 Wilayah I                                   Rp.  2.831.000,-- 
9.  Distrik 9 Wilayah I                                   Rp.  1.826.000,-             
10.Distrik Mission Wil.I                               Rp.     668.000,-
11.Distrik Mission Tionghua                                    Rp.   ------------- +
                                    Jumlah   =                  Rp.  15.653.000,--
                                                            ===============

6. USUL-PROGRAM
1. Kerjasama warga GMI menjadi mitra dalam negeri lewat persembahan Dana Parpem/Sosial dan persembahan pribadi secara rutin.
2. Replanting kebun coklat menjadi sawit di Bandar Maruhur, seluas 4 Ha.
3. Melanjutkan kerjasama Parpem/Diakoni Sosial dan UMI c/q LPPM-UMI dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kesehatan.
4. Merenovasi Rumah Dinas Parpem karena kondisinya memprihatinkan.
5  Melanjutkan usulan pada Konta 2010, agar Badan Parpem/Diakoni sosial memiliki Bendahara tersendiri, sejak Agustus 2010.